Kisah Sukses Orang2 Kaya Bahagia

Rabu, 18 April 2012

"awas Virus BIASA dalam KELUARGA"

Keluarga adalah pabrik besar dengan karyawan kecil. Ia punya seluruh kompleksitas persoalan, yang gagal dan suksesnya bisa dicangkok sebagai ilmu kepemimpinan dari berbagai skala, mulai dari usaha rumahan, besar, sampai negara.
Ujian kepemimpinan  itu lengkap di sebuah keluarga. Pertama, ujian rutinitas. Ujian ini penting, kalau tidak percaya, lihat saja orang-orang top yang dikagumi. Mereka adalah pribadi yang tiba-tiba jadi biasa begitu ada di rumahnya. Sepertinya hanya orang lain yang kagum, orang-orang di rumah tidak. Seberapa tinggi prestasi anggota keluarga, bisa terlihat biasa-biasa saja.


Virus biasa itu akan menjalar kemana-mana. Semua akan terancam tampak seperti biasa. Suami tampak biasa di mata istri, istri tampak biasa di mata suami. Anak tampak biasa di mata orangtua, orangtua tampak biasa di mata anak. Adik tampak biasa di mata kakak, kakak tampak biasa di mata adik, dan seterusnya. Karena semua terlihat sebagai hal yang biasa, maka makin lama akan semakin merosot. Suami mulai bosan pada istri, adik bosan main dengan kakak.


Jika tidak diwaspadai, virus biasa akan mengaburkan nilai sesungguhnya, dimana akan rusak nilai pada akhirnya. Rumah tidak lagi menjadi pusat nilai, karena nilai pergi keluar rumah. Rumah hanya jadi tempat kepulangan fisik, tapi hati tidak ada di rumah. Mereka hanya ramai di luar rumah, tapi diam kalau di rumah, dan hanya ramai kalau bertengkar.


Kita punya potensi  ancaman yang sama. Hanya karena rutinitas,  hal-hal  luar biasa dalam keluarga jadi tampak biasa, hal-hal berharga bisa sia-sia.  Ini harus dicegah.  Mengatasi rutinitas hanya sebagian kecil dari aspek kepimpinan. Tugas kepemimpinan bukan cuma mengatasi kejenuhan atas yang rutin. Tapi sukses mengatasi itu akan mendatangkan hasil yang menakjubkan.


Rumah adalah sebaik-baik tempat untuk lolos dari ancaman rutinitas. Jika sukes di rumah, maka selamanya nilai akan menarik kita untuk tinggal di dalamnya. Semakin jauh kita pergi, semakin tertarik kita untuk kembali ke rumah. Maka benar kalau rumah disetarakan dengan surga karena nilainya yang lengkap. Karenanya gagal mendapatkan nilai di rumah setara dengan kehilangan surga yang dekat dan nyata. Jika surga yang dekat gagal didapat, sulit dibayangkan untuk mendapat surga yang ada nun jauh di sana. Baiti jannati..Rumahku Surgaku"...